Pages

Banner 468 x 60px

 

Senin, 16 Mei 2011

Emulsifikasi

0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

Ø  Tujuan praktikum

Setelah malakukan percobaan ini, mahasiswa di harapkan mampu untuk:
-          Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang di gunakan dalam pembuatan emulsi
-          Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan
-          Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
-          Menentukan HLB butuh minyak yang di gunakan dalam pembuatan emulsi





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase cair, yang tidak bercampur.  Dimana satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain.
Ø  Berdasarkan fase terdispersinya dikenal 2 jenis emulsi :
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar, sedangkan yang lainnya relatif bersifat non polar.
1.      Emulsi minyak dalam air (o/w)
Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air.
2.      Emulsi air dalam minyak (w/o)
         Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu.

Ø  Pengujian Tipe Emulsi
·         Test Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan yang menjadi fase luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini akan mudah diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya dengan tipe a/m.

  • Test Kelarutan Pewarna
Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah pewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang larut minyak, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m.

  • Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.




  • Test Konduktivitas Elektrik
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe a/m.

  • Test Fluorosensi
Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi hanya berupa noda.

Ø  Peristiwa ketidakstabilan emulsi
Kestabilan dari emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau, warna, dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik. Ketidakstabilan dari emulsi farmasi digolongkan sebagai berikut :

a.       Flokulasi dan Creaming
Peristiwa ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan. Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak beraturan didalam emulsi. Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda didalam emulsi. Emulsi masih dapat diperbaiki melalui pengocokan karena lapisan monomolekulernya masih eksis.

b.      Penggabungan dan Pemecahan
Peristiwa ini terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh energi bebas permukaan, tetapi juga disebabkan oleh ketidaksempurnaan pelapisan globul. Emulsi tidak dapat diperbaiki melalui pengocokan.

c.       Berbagai jenis perubahan kimia dan fisika

d.      Inversi fase (perubahan fase)
Inversi fase dapat membantu atau merusak dalam teknologi emulsi. Inversi fase meliputi perubahan tipe emulsi dari o/w menjadi w/o atau sebaliknya. Inversi bisa juga dihasilkan dengan mengubah perbandingan volume-fase.




Ø  Teori Emulsifikasi

  • Teori Tegangan –permukaan
Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur, kekuatan (tenaga) yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut tegangan antarmuka. Zat-zat aktif permukaan (surfaktan) atau zat pembasah, merupakan zat yang bekerja menurunkan tegangan antarmuka ini.

  • Oriented Wedge Theory
Menganggap bahwa lapisan monomolecular dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi. Teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.
  • Teori plastic atau Teori Lapisan antarmuka
Bahwa zat pengemulsi membentuk lapisan tipis atau film yang mengelilingi fase dispers dan diabsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan makin stabil emulsinya.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi emulgator yang digunakan. Salahsatu emulgator yang digunakan adalah kelompok surfaktan. Mekanisme kerja emulgator semacam ini berdasarkan atas kemampuannya menurunkan tegangan permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan monomolekuler pada permukaan globul fase terdispersi.
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan seorang apoteker membuat campuran yang relatif stabil dan homogen dari dua cairan yang tidak dapat saling bercampur. Proses emulsifikasi ini memungkinkan pemberian sebuah obat cair dalam bentuk tetesan-tetesan kecil (globules) ketimbang dalam bentuk curah (bulk). Untuk emulsi yang diberikan lewat mulut, tipe emulsi minyak-dalam-cair memungkinkan dihilangkannya rasa pahit pada obat berupa minyak dengan cara menebarkannya pada sebuah medium cair yang manis yang bisa terasa sampai ke dalam perut. Ukuran partikel bulatan minyak yang berkurang bisa menjadikan minyak tersebut lebih dapat dicerna dan lebih mudah diserap atau lebih efektif. Sebagai contoh, keampuhan minyak mineral yang meningkat sebagai sebuah obat pencahar ketika diformulasi dalam bentuk emulsi.
Emulsi stabil mengandung antara 60-85% air yang membuat volume awalnya membesar 3-5 kali. Berat jenis dari emulsi yang dihasilkan sebesar 1,3 g/mL dibandingkan berat jenis awalnya yang berkisar antara 0,80-0,95 g/mL.
Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi surfaktan sebagai emulgator adalah metode HLB (Hydrophilic Lipophilic Balance). Grifin menyusun suatu skala ukuran HLB Surfaktan yang dapat digunakan menysun daerah efisiensi HLB suatu surfaktan, sifat kepolarannya semakin meningkat.



BAB III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

Ø  Alat dan Bahan

·   Beaker glass      
·   Penggaris                                   
·   Tabung sedimentasi
·   Gelas ukur
·   Batang pengaduk
·   Cawan
·   Pipet tetes
·   Pengaduk elektrik
·   Tween 80
·   Span 60
·   Aquadest
·   Parafin liquid


Ø  Prosedur kerja
1.      Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk setiap nilai HLB butuh
2.      Timbang masing-masing minyak air tween dan span sejumlah yang dibutuhkan.
3.            Campurkan minyak dengan span. Campurkan air dengan tween. Keduanya dipanaskan diatas tangas air suhu 600 C.
4.            Tambahkan campuran minyak kedalam campuran air dan segera diaduk menggunakan pengaduk elektrik selama 5 menit.
5.            Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai dengan nilai HLB masing-masing
6.            Tinggi emulsi dalam tabung diusahakan sama. Dan catat waktu mulai memasukkan emulsi kedalam tabung.
7.            Amati jenis kestabilan emulsi yang terjadi selama 4 hari. Bila terjadi creaming, ukur tinggi emulsi yang membentuk cream.
8.         Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling stabil.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ø  Hasil
·         R/ paraffin cair                   20%
    Emulgator                           3%
    Aquadest ad                        50%

ü  Paraffin cair    = 20% x 50 g = 10 g
ü  Emulgator       = 3% x  50 g = 1,5 g



Tween 80                                                        span 60
(15)                                                                  (4,7)    
10
 
                       
                                   
 


  5,3                                                                    5       = 10,3

ü  Span 3%          = 5/10,3 x 1,5                          = 0,73 g
ü  Tween 3%       = 5,3/10,3 x 1,5                       = 0,77 g
ü  Aquadest         = 50 – (0,73 + 0,73 + 10)        = 38,5 ml

·         R/ paraffin cair                   20%
    Emulgator                           4%
    Aquadest ad                        50%

ü  Paraffin cair    = 20% x 50 g = 10 g
ü  Emulgator       = 4% x  50 g = 2 g
ü  Span 3%          = 5/10,3 x 2                             = 0,97 g
ü  Tween 3%       = 5,3/10,3 x 2                          = 1,03 g
ü  Aquadest         = 50 – (0,97 + 1,03 + 10)        = 38 ml




·         R/ paraffin cair                   20%
    Emulgator                           5%
    Aquadest ad                        50%

ü  Paraffin cair    = 20% x 50 g = 10 g
ü  Emulgator       = 4% x  50 g                            = 2,5 g
ü  Span 3%          = 5/10,3 x 2,5                          = 1,21 g
ü  Tween 3%       = 5,3/10,3 x 2  ,5                     = 1,29 g
ü  Aquadest         = 50 – (1,21 + 1,29 + 10)        = 37,5 ml

Pada emulgator 3%:                            pada  emulgator 4%:                           pada  emulgator 5%:
 Ho = 8,1 cm                                       Ho = 8,2 cm                                        Ho = 8,9 cm
 Hv = 8,1 cm                                       Hv = 8,2 cm                                        Hv = 8,9 cm
 Hv/Ho = 8,1/8,1 = 1                           Hv/Ho = 8,2/8,2 = 1                            Hv/Ho = 8,9/8,9 = 1



Ø    Pembahasan

Pengamatan pada hari pertama, kedua dan ketiga tidak menunjukkan adanya creaming pada emulsi yang kami buat. Ini ditandai dengan rasio Hv/Ho = 1. Ini menunjukkan pada HLB butuh 10 memberikan bentuk emulsi yang stabil. Penggunaan kombinasi surfaktan dengan nilai HLB rendah dan tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan kombinasi emulgator akan diperoleh nilai HLB mendekati nilai HLB butuh minyak. Disamping itu penggunaan kombinasi dua emulgator akan menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena terbentuknya lapisan monomolekuler yang lebih rapat pada permukaan globul.








                    



BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase cair, yang tidak bercampur. Dimana satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain.
Pada HLB butuh 10, didapatkan rasio Hv/Ho = 1, yang berarti tidak terbentuk creaming dan menunjukkan bahwa emulsi tersebut stabil.





























DAFTAR PUSTAKA


Martin, Alfred. 1999. Farmasi Fisik Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : UI Press.


Read more...